Pengurus Wilayah (PW) Al Jam'iyatul Washliyah Sumatera Utara (Sumut) menyebut perbedaan awal bulan Ramadhan adalah rahmat yany tidak mengurangi sedikit pun arti kebersamaan umat Islam.
 
"Sejak awal Al Wasliyah ada badan hisab dan rukyah. Sudah diprediksi beberapa waktu lalu 1 Ramadhan itu, jatuh pada 12 Maret 2024. Yang jelas, itu rahmat," ucap Ketua PW Al Jam'iyatul Washliyah Sumut Dedi Iskandar Batubara di Medan, Senin.
 
Adapun metode yang digunakan penentuan awal Ramadhan 1445 Hijriah/2024 Masehi, lanjut dia, mirip dengan awal bulan lainnya, yakni hisab dan rukyatul hilal atau rukyah.
 
Metode hisab untuk menentukan awal puasa menggunakan penghitungan matematis dan astronomis, sedangkan rukyah penetapan awal Ramadhan berdasarkan pengamatan bulan.
 
Dengan metode ini, hilal akan diamati saat matahari tenggelam dengan mata telanjang atau bantuan teleskop dalam menentukan tahun komariah yang sistem penanggalan berdasarkan peredaran bulan.
 
Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan pada 11 Maret 2024.
 
"Saya sebagai ketua wilayah mempedomani apa yang menjadi keputusan badan hisab dan rukyah Al Wasliyah, karena punya kemampuan pengamatan dan penghitungan," katanya.
 
Pihaknya juga mengikuti apa yang telah diputuskan secara bersama-sama oleh pemerintah, organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam dan lembaga lainnya.
 
"Itu, prinsip dasarnya saya kira. Jadi apa yang sudah menjadi ketetapan umaro/pemerintah, maka kita akan mengikutinya," ujar Dedi yang juga anggota DPD RI periode 2019-2024.
 
Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan awal puasa atau 1 Ramadhan 1445 Hijriah/2024 Masehi jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024, usai diputuskan melalui Sidang Isbat di Gedung Kemenag RI, Jakarta, Minggu (10/3).
 
"Hasil Sidang Isbat menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada hari Selasa," ujar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, saat memimpin konferensi pers penetapan sidang Isbat.
 
 

Pewarta: Muhammad Said

Editor : Michael Teguh Adiputra S


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024