Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof Dr Ridha Dharmajaya menyatakan akan terus berkomitmen untuk mengedukasi masyarakat dalam menggunakan gadget atau gawai secara baik dan benar.
"Salah satu alasannya yakni banyaknya para pengguna gadget yang salah secara fisik hingga menyebabkan kelumpuhan, bahkan bisa berujung kematian," ujar Ridha saat mengisi materi di pengajian Aisyiyah di Medan, Selasa.
Sebagai ahli bedah syaraf, Prof Ridha mengaku banyak menemukan kasus syaraf terjepit pada bagian leher. Rata-rata disebabkan oleh penggunaan gadget yang salah yakni akibat tekukan leher.
Menurutnya, tekukan leher saat menggunakan gadget sangat menanggung beban yang signifikan jika dilakukan terus menerus sehingga menyebabkan saraf kejepit pada leher.
"Saat menggunakan gadget terkhusus handphone, kita menanggung beban lima kilogram saat posisi leher 0 derajat. Saat tekukan leher menjadi 30 derajat beban yang kita tanggung bertambah menjadi 18 kilogram, dan ketika tekukan mencapai 60 derajat maka beban yang ditanggung mencapai 27 kg," kata Ridha.
Ia mengungkapkan, yang paling sering terjadi dari dampak syaraf terjepit di leher, yakni leher sakit, pusing, tangan kesemutan, pegel, dan pundak berat.
"Itu baru awal. Tapi jika ini terus dilakukan dan dalam waktu yang lama, bisa dirasakan kelumpuhan tangan dan kaki, seksualitas hilang, buang air besar dan kecil tak terasa atau loss dan lainnya. Gejala awalnya biasanya kaki kita akan menyeret saat berjalan," sebut Ridha.
Ia mengatakan, penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan tindakan operasi yang tentunya bisa menimbulkan kecacatan.
"Karena tidak ada obat yang menyembuhkan dan tak ada operasi yang bisa mengembalikan," jelasnya
Hal itu dulunya sering ditemui pada orang tua berusia 50 tahun ke atas. Namun, saat ini sudah banyak dialami para generasi muda.
"Itulah alasan kenapa kita terus bergerak meneriakkan dampak negatif penggunaan gadget secara fisik. Kita tak mau generasi muda di Indonesia dengan jumlah yang cukup tinggi untuk usia produktifnya harus rusak akibat penggunaan gadget yang salah," ujar Ridha.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023
"Salah satu alasannya yakni banyaknya para pengguna gadget yang salah secara fisik hingga menyebabkan kelumpuhan, bahkan bisa berujung kematian," ujar Ridha saat mengisi materi di pengajian Aisyiyah di Medan, Selasa.
Sebagai ahli bedah syaraf, Prof Ridha mengaku banyak menemukan kasus syaraf terjepit pada bagian leher. Rata-rata disebabkan oleh penggunaan gadget yang salah yakni akibat tekukan leher.
Menurutnya, tekukan leher saat menggunakan gadget sangat menanggung beban yang signifikan jika dilakukan terus menerus sehingga menyebabkan saraf kejepit pada leher.
"Saat menggunakan gadget terkhusus handphone, kita menanggung beban lima kilogram saat posisi leher 0 derajat. Saat tekukan leher menjadi 30 derajat beban yang kita tanggung bertambah menjadi 18 kilogram, dan ketika tekukan mencapai 60 derajat maka beban yang ditanggung mencapai 27 kg," kata Ridha.
Ia mengungkapkan, yang paling sering terjadi dari dampak syaraf terjepit di leher, yakni leher sakit, pusing, tangan kesemutan, pegel, dan pundak berat.
"Itu baru awal. Tapi jika ini terus dilakukan dan dalam waktu yang lama, bisa dirasakan kelumpuhan tangan dan kaki, seksualitas hilang, buang air besar dan kecil tak terasa atau loss dan lainnya. Gejala awalnya biasanya kaki kita akan menyeret saat berjalan," sebut Ridha.
Ia mengatakan, penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan tindakan operasi yang tentunya bisa menimbulkan kecacatan.
"Karena tidak ada obat yang menyembuhkan dan tak ada operasi yang bisa mengembalikan," jelasnya
Hal itu dulunya sering ditemui pada orang tua berusia 50 tahun ke atas. Namun, saat ini sudah banyak dialami para generasi muda.
"Itulah alasan kenapa kita terus bergerak meneriakkan dampak negatif penggunaan gadget secara fisik. Kita tak mau generasi muda di Indonesia dengan jumlah yang cukup tinggi untuk usia produktifnya harus rusak akibat penggunaan gadget yang salah," ujar Ridha.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023