Pengamat ekonomi syariah di Sumatera Utara menilai kehadiran Bank Syariah Indonesia (BSI) menjadi salah satu pendorong yang kuat bagi optimalisasi penerimaan dan penyaluran zakat, infaq, sedekah dan wakaf (Ziswaf) nasional. 

"Dengan segala kekuatan dan keunggulannya, BSI akan bisa memaksimalkan penghimpunan dan penyaluran Ziswaf, sehingga semakin memberi kontribusi besar bagi perekonomian nasional," ujar pengamat ekonomi syariah Dr Andri Soemitra, MA di Medan, Jumat (13/8). 

Menurut Ketua Program Doktor Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Bisnis (FEBI) Universitas Islam Negeri Sumut (UINSU) Medan itu, potensi BSI dengan jumlah kantor cabang yang banyak dan layanan digitalnya akan menjadi katalisator penghimpunan Ziswaf secara nasional. 

Pola-pola kerja sama antara BSI dengan organisasi pengelola zakat dan nazir wakaf juga akan mengakselerasi program penghimpunan Ziswaf menjadi lebih optimal. 

"Pengelolaan Ziswaf secara baik dan benar akan memberi kontribusi besar dalam pembangunan nasional, seperti bisa menjadi alternatif sumber pembiayaan pembangunan ke sektor-sektor khusus sesuai dengan peruntukannya dan BSI diyakini mampu melakukan itu," katanya. 
 
Momen silaturahmi BSI dengan pemimpin redaksi melalui webinar pada April 2021. (ANTARA/HO-BSI)

Berdasarkan data dari Baznas, misalnya, potensi zakat di Indonesia bisa mencapai Rp233,8 triliun dengan realisasi hanya sekitar Rp10 triliun saja.

Sedangkan potensi wakaf uang menurut data Badan Wakaf Indonesia (BWI) ada sekitar Rp180 triliun, sementara yang terkumpul dalam periode 2011-2018 hanya Rp255 miliar. 

"Potensi Ziswaf itu diharapkan bisa digali BSI lebih maksimal," katanya. 

Pengelolaan dana Ziswaf, menurut Andri, dapat menjadi instrumen pembangunan nasional bagi sejumlah lapisan masyarakat. 

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan, Hasan Matsum juga meyakini peran BSI yang sangat sentral dalam menghimpun zakat yang telah dikumpulkan unit pengumpul zakat di tingkat Baznas. 

"Sebagai gabungan bank syariah terbesar dan milik pemerintah, BSI diyakini akan memahami ketentuan penyaluran zakat sebagaimana diatur di dalam Al Quran," katanya. 

MUI sendiri berharap ada pembiayaan yang lebih besar bagi penanganan kemiskinan, seperti untuk usaha kecil dan mikro, sektor pendidikan seperti untuk perbaikan akhlak di tengah masyarakat, hingga pendidikan kader ulama. 

"Kemiskinan yang bisa ditekan dan sumber daya manusia yang semakin bagus akan membuat Indonesia semakin maju," katanya. 

Direktur Utama BSI Hery Gunardi dalam satu acara silaturahmi BSI dengan pemimpin redaksi melalui webinar pada April 2021 mengatakan potensi Ziswaf di Indonesia diperkirakan lebih dari Rp300 triliun. 

Apabila bisa dimobilisasi dengan baik, menurut dia, akan menjadi salah satu sumber dana pembiayaan umat sekaligus untuk pembangunan, baik untuk beasiswa pendidikan, membangun community development, dana CSR serta lainnya.

“Potensi yang luar biasa besar ini harus bisa digarap. Sebagai bagian dari ekosistem zakat, BSI memainkan peran penting dalam pengelolaan Ziswaf yang reliable dan transparan," katanya.

Dia menegaskan, BSI akan berkolaborasi dengan Baznas untuk mengumpulkan zakat dan menyebarkannya.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021