Tingkat kecerahan matahari tampaknya jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan bintang yang sama karena bintik matahari dan fenomena lainnya - sebuah karakter matahari yang "membosankan", menurut para ilmuwan, tetapi mungkin adalah kabar baik bagi penduduk Bumi.

Para peneliti mengatakan pada Kamis (30/4) bahwa pemeriksaan suhu permukaan, ukuran dan periode rotasi yang dilakukan pada 369 bintang yang mirip dengan matahari menunjukkan bahwa bintang-bintang itu rata-rata memiliki variabilitas kecerahan lima kali lebih tinggi dari matahari.

Matahari membutuhkan sekitar 24,5 hari untuk melakukan rotasi di porosnya.

Baca juga: WHO: Berjemur sinar matahari tak bisa cegah COVID-19

Baca juga: UMSU pecahkan dua rekor MURI sekaligus dalam momen gerhana matahari

"Keragaman ini disebabkan oleh bintik-bintik hitam pada permukaan bintang yang bergerak masuk dan keluar dari jangkauan pandangan," kata astronom Timo Reinhold dari Institut Max Planck untuk Penelitian Sistem Tata Surya di Jerman.

Ia adalah penulis utama penelitian dengan judul "Ukuran langsung aktivitas matahari ditentukan dari jumlah bintik di permukaannya" yang diterbitkan dalam jurnal Ilmu Pengetahuan.

Matahari - pada dasarnya merupakan bola panas dari senyawa hidrogen dan helium - adalah bintang berukuran rata-rata yang terbentuk lebih dari 4,5 miliar tahun yang lalu dan kira-kira sudah menjalani setengah dari umurnya.

Diameternya adalah sekitar 864.000 mil (1,4 juta km) dan temperatur permukaannya sekitar 10.000 derajat Fahrenheit (5.500 derajat Celcius).

"Temperatur dan periode rotasi dianggap sebagai bahan utama untuk dinamo di dalam bintang, yang menghasilkan medan magnetnya, dan akhirnya jumlah dan ukuran bintik-bintik menyebabkan tingkat kecerahan yang bervariasi. Menemukan bintang-bintang lain dengan parameter yang sangat mirip seperti matahari kita tetapi dengan variabel lima kali lebih kuat adalah mengejutkan," kata Reinhold.

Aktivitas magnetik yang meningkat terkait dengan bintik matahari dapat menyebabkan semburan matahari, penyemburan massa korona - pelepasan besar plasma dan medan magnet dari bagian terluar atmosfer matahari - dan fenomena elektromagnetik lain yang dapat memengaruhi Bumi, misalnya mengganggu satelit dan komunikasi serta membahayakan astronot.

Matahari yang monoton mungkin merupakan kabar baik.

"Matahari yang jauh lebih aktif mungkin juga akan memengaruhi Bumi pada skala waktu geologis - paleoklimatologi. Bintang yang terlalu aktif akan secara definitif mengubah kondisi kehidupan di planet ini, sehingga hidup dengan bintang yang cukup membosankan bukanlah pilihan terburuk," kata Reinhold.

Para peneliti membandingkan data bintang-bintang yang mirip dengan catatan sejarah aktivitas matahari. Laporan itu mencakup sekitar 400 tahun data pengamatan bintik matahari dan sekitar 9.000 tahun data berdasarkan varian unsur kimia dalam cincin pohon dan inti es yang disebabkan oleh aktivitas matahari. Catatan-catatan tersebut menunjukkan bahwa matahari tidak jauh lebih aktif daripada sekarang.

Temuan itu, kata Reinhold, tidak mengesampingkan bahwa matahari mungkin berada dalam fase tenang dan mungkin menjadi lebih aktif pada masa depan.
.
Sumber: Reuters

Pewarta: Gusti Nur Cahya Aryani

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020