Sejumlah orang bersenjata membunuh sembilan wanita dan anak-anak dalam serangan paling berdarah terhadap orang Amerika Serikat di Meksiko selama bertahun-tahun, dan mendorong Presiden AS Donald Trump untuk menawarkan bantuan kepada negara tetangga itu guna memberantas kartel obat bius yang diyakini berada di belakang serangan itu.

Sembilan orang yang tewas dalam serangan Senin siang (5/11) di perbatasan Chihuahua dan negara bagian Sonora adalah keluarga dari warga Meksiko-Amerika LeBaron, Langford, Miller dan Johnson, anggota komunitas Mormon yang memisahkan diri yang menetap di perbukitan dan dataran Meksiko utara beberapa dekade yang lalu.

Sebuah video yang diunggah di media sosial menunjukkan rongsokan kendaraan yang hangus berasap dan penuh dengan lubang peluru yang tampaknya mengangkut sejumlah korban di jalan tanah serangan itu terjadi.

"Ini untuk rekaman," kata suara pria yang berbicara bahasa Inggris dengan aksen Amerika, di luar kamera, tersendat haru.

"Nita dan empat cucu saya dibakar dan ditembak," kata lelaki itu, yang tampaknya merujuk pada Rhonita LeBaron, satu dari tiga perempuan yang tewas dalam serangan itu.

Reuters tidak dapat memverifikasi video secara independen.

Seorang kerabat, Julian LeBaron, menyebut insiden itu pembantaian dan mengatakan beberapa anggota keluarga dibakar hidup-hidup.

Dalam sebuah pesan singkat kepada Reuters ia menulis bahwa empat anak laki-laki, dua perempuan dan tiga perempuan terbunuh. Beberapa anak yang melarikan diri dari serangan itu hilang selama berjam-jam di pedesaan sebelum ditemukan, katanya.

Dia mengatakan tidak jelas siapa yang melakukan serangan itu.

"Kami tidak tahu mengapa, meskipun mereka telah menerima ancaman tidak langsung. Kami tidak tahu siapa yang melakukannya," katanya kepada Reuters.

Lima anak yang terluka diterbangkan ke rumah sakit di Tucson, Arizona, dan Lafe Langford, seorang anak lelaki dalam kondisi kritis dipindahkan ke rumah sakit Phoenix, bibi dan sepupunya terbunuh dalam serangan itu, disebutkan melalui telepon dari Louisiana.

Menteri Keamanan Meksiko Alfonso Durazo mengatakan kesembilan orang itu , bepergian dengan beberapa SUV, bisa menjadi korban identitas yang keliru, mengingat banyaknya konfrontasi kekerasan di antara geng-geng narkoba yang berperang di daerah itu.

Tetapi keluarga besar LeBaron sering berkonflik dengan para penyelundup obat terlarang di Chihuahua dan kerabat korban lainnya mengatakan para pembunuh pasti tahu siapa yang mereka targetkan.

"Kami sudah berada di sini selama lebih dari 50 tahun. Tidak ada yang tidak mengenal mereka. Siapa pun yang mengetahui hal ini, itu yang paling menakutkan," kata Alex LeBaron, seorang kerabat, di salah satu desa yang dihuni oleh para kerabat keluarga.

Semua yang tewas adalah warga negara AS, katanya kepada Reuters, dan sebagian besar juga memegang kewarganegaraan ganda dengan Meksiko. Mereka diserang saat mengemudi di jalan belakang dalam konvoi mobil yang berisi para wanita bersama 14 anak-anak, katanya. Beberapa dari menuju ke bandara Tucson untuk menjemput kerabat.

Jaksa penuntut negara di Sonora, tempat mayat ditemukan di tiga lokasi terpisah, mengatakan anggota keluarga yang disergap telah merencanakan untuk melakukan perjalanan ke Amerika Serikat melalui Chihuahua.

Mayat wanita dan empat anak yang hangus ditemukan di Chevrolet Tahoe yang terbakar di dekat desa San Miguelito, sementara mayat seorang wanita dan dua anak ditemukan di pinggiran sekitar 18 kilometer jauhnya, kata pernyataan itu.

Mayat wanita ketiga ditemukan sekitar 15 meter (50 kaki) di dekat perbatasan Sonora-Chihuahua.

Pihak berwenang sedang menyelidiki apakah seorang pria yang ditangkap di Agua Prieta, Sonora dengan senjata dan peluru terlibat dalam pembunuhan itu, tambah jaksa.

Para korban adalah anggota komunitas kecil La Mora, Sonora, yang didirikan beberapa dekade lalu oleh "perintis" yang memisahkan diri dari gereja Mormon, kata Langford.

"Mereka menjadi sasaran dan mereka sengaja dibunuh," kata Langford, yang dibesarkan di La Mora dan memiliki rumah di tempat itu.

Waktu untuk berperang-Trump

Trump memuji Lopez Obrador karena memerangi kekerasan kartel tetapi mengatakan masih banyak yang harus dilakukan.

"Inilah saatnya bagi Meksiko, dengan bantuan Amerika Serikat, untuk mengobarkan perang terhadap kartel-kartel obat bius dan memusnahkannya dari muka bumi," kata Trump dalam sebuah cuitan menanggapi pembantaian itu.

Kemudian, dia dan Lopez Obrador berbicara melalui telepon, dan presiden AS menawarkan bantuan untuk memastikan para pelaku menghadapi peradilan.

Sebelum percakapan telepon itu, Lopez Obrador menolak apa yang disebutnya intervensi pemerintah asing.

Meksiko telah menggunakan militernya dalam perang melawan kartel narkoba sejak tahun 2006. Terlepas dari penangkapan atau pembunuhan para pelaku perdagangan manusia, kampanye ini tidak berhasil mengurangi kekerasan narkoba dan telah menyebabkan lebih banyak pembunuhan ketika kelompok-kelompok kriminal saling bertarung.

Falko Ernst, pengamat senior untuk International Crisis Group di Meksiko, mengatakan cuitan Trump menunjukkan ia mungkin bersiap-siap untuk menekan Meksiko atas keamanan, terutama dengan kampanyenya yang sedang berlangsung untuk pemilihan kembali pada November 2020.

"Jika dia menggunakan seluruh kekuatannya, seperti yang telah kita lihat dengan migrasi, maka ada sangat sedikit yang bisa dilakukan pemerintah Meksiko untuk mempertahankan posisinya," kata Ernst.

Meksiko Barat Laut telah menjadi rumah bagi komunitas kecil yang terkait dengan Mormon dan Mormon yang berasal dari A.S sejak akhir abad ke-19. Para pemukim Mormon awal di Meksiko melarikan diri dari ancaman penangkapan di Amerika Serikat karena melakukan poligami. Praktek ini dipantau dengan menurunnya jumlah penganut Mormon di Meksiko.

Sumber: Reuters



 

Pewarta: Maria D Andriana

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019