Penelitian Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) menemukan bahwa bantuan sosial, khususnya yang diberikan tunai, akan mendorong konsumsi rokok di kalangan para penerimanya.
"Penerima bantuan sosial memiliki kecenderungan merokok lebih tinggi daripada bukan penerima bantuan sosial," kata Ketua TIm Peneliti PKJS UI Teguh Dartanto saat peluncuran hasil penelitian di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan penerima Program Indonesia Pintar memiliki peluang sembilan persen poin lebih tinggi untuk merokok dibandingkan bukan penerima program tersebut.
Penelitian tersebut juga menemukan penerima bantuan sosial memiliki konsumsi rokok secara nilai dan kuantitas lebih besar dibandingkan bukan penerima bantuan sosial.
"Penerima Program Keluarga Harapan memiliki pengeluaran rokok Rp3.660 per kapita per minggu dan 3,5 batang per kapita per minggu lebih tinggi dibandingkan bukan penerima program," lanjutnya.
Teguh mengatakan penelitian tersebut menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016 dan 2017 serta data Survei Kehidupan Keluarga Indonesia (IFLS) Gelombang IV dan V.
Menurut dia, temuan penelitian itu harus disikapi secara hati-hati, tidak dengan serta merta bantuan sosial dihentikan.
"Bantuan sosial secara tujuan bagus, tetapi keefektifannya berkurang karena ada perilaku merokok dari para penerima bantuan," sebutnya.
PKJS UI meluncurkan hasil penelitian "Bantuan Sosial, Konsumsi Rokok, dan Indikator Sosial Ekonomi Rumah Tangga di Indonesia".
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
"Penerima bantuan sosial memiliki kecenderungan merokok lebih tinggi daripada bukan penerima bantuan sosial," kata Ketua TIm Peneliti PKJS UI Teguh Dartanto saat peluncuran hasil penelitian di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan penerima Program Indonesia Pintar memiliki peluang sembilan persen poin lebih tinggi untuk merokok dibandingkan bukan penerima program tersebut.
Penelitian tersebut juga menemukan penerima bantuan sosial memiliki konsumsi rokok secara nilai dan kuantitas lebih besar dibandingkan bukan penerima bantuan sosial.
"Penerima Program Keluarga Harapan memiliki pengeluaran rokok Rp3.660 per kapita per minggu dan 3,5 batang per kapita per minggu lebih tinggi dibandingkan bukan penerima program," lanjutnya.
Teguh mengatakan penelitian tersebut menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016 dan 2017 serta data Survei Kehidupan Keluarga Indonesia (IFLS) Gelombang IV dan V.
Menurut dia, temuan penelitian itu harus disikapi secara hati-hati, tidak dengan serta merta bantuan sosial dihentikan.
"Bantuan sosial secara tujuan bagus, tetapi keefektifannya berkurang karena ada perilaku merokok dari para penerima bantuan," sebutnya.
PKJS UI meluncurkan hasil penelitian "Bantuan Sosial, Konsumsi Rokok, dan Indikator Sosial Ekonomi Rumah Tangga di Indonesia".
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019