Harga minyak turun tipis di perdagangan Asia pada Rabu pagi, setelah laporan industri menunjukkan kenaikan tak terduga dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS), tetapi kerugian dibatasi oleh pembatasan pasokan yang sedang berlangsung dan masalah-masalah yang mempengaruhi produksi dari negara-negara termasuk Venezuela.

Brent turun 12 sen AS atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 67,85 dolar AS pada pukul 00.10 GMT (07.10 WIB). Pada Selasa (26/3), patokan global Brent naik 76 sen AS menjadi 67,97 dolar AS per barel, tidak jauh di bawah level tertinggi tahun ini di 68,69 dolar AS yang dicapai pada 21 Maret.

Sementara itu, minyak mentah berjangka AS merosot sembilan sen AS sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 59,85 dolar AS. Patokan AS naik 1,12 dolar AS atau 1,9 persen, menjadi 59,94 dolar AS per barel di sesi sebelumnya.

American Petroleum Institute (API), sebuah organisasi perdagangan, pada Selasa (26/3) malam mengatakan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 1,9 juta barel dalam pekan terakhir, sementara analis memperkirakan penurunan 1,2 juta barel.

Pasar sedang menunggu untuk melihat apakah angka resmi yang dijadwalkan pada Rabu waktu AS akan mengkonfirmasi data API.

Minyak naik pada Selasa (26/3) ketika pelabuhan ekspor utama minyak Jose dan empat kilang peningkatan (upgrader ) minyak mentah Venezuela tidak dapat melanjutkan operasi menyusul pemadaman listrik besar-besaran pada Senin (25/3), yang kedua dalam sebulan.

Harga minyak telah naik lebih dari 25 persen tahun ini, didukung oleh pembatasan pasokan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen utama lainnya, bersama dengan sanksi-sanksi AS terhadap ekspor dari Venezuela dan Iran.

Tetapi kekhawatiran tentang permintaan telah membatasi reli minyak karena data manufaktur dari Asia, Eropa dan Amerika Serikat menunjukkan perlambatan ekonomi.

Pewarta: Antara

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019