Medan (Antaranews Sumut) - Ketua Umum Pusat Ikatan Guru dan Dosen Al-Wasliyah (IGDA) Dr. Dedi Iskandar Batubara ingin agar pendidikan Al Washliyah maju agar menjadi contoh sekolah akhlakul karimah. Perlu kerja keras, kerja besar dan konektivitas luas untuk mewujudkan mimpi membesarkan pendidikan Washliyah. 

Hal itu disampaikan Dedi Iskandar Batubara yang juga Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Sumut pada Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) II IGDA Sumut sekaligus Milad IGDA ke 53 di Asrama Haji Medan, Jumat (15/2).

Dedi mengatakan, kemajuan zaman yang saat ini membawa kita ke era revolusi Industri 4.0 membuat kita mau tidak mau harus menguasai berbagai sumber informasi dan teknologi terkini agar tidak ketinggalan zaman. 

Katanya, untuk mengantisipasi ketertinggalan itu tentu kita harus mempersiapkan diri kita dengan menambah wawasan dan keahlian menggunakan teknologi.

Menurut Dedi, ini adalah tantangan kita bersama, para guru dan dosen dosen Al Washliyah agar anak anak didik kita mampu mengikuti perkembangan pendidikan dan pendidikan Al Washliyah bisa selevel dengan lembaga pendidikan lainnya. 

Dedi mengatakan, di era Industri 4.0 ini, anak anak sekolah sudah bisa membaca buku melalui gadget. Bahkan isi buku di satu perpustakaan bisa dibaca hanya dengan satu kali klik di gadget. Menurutnya, dampak dari hal itu semua membuat perpustakaan mulai sepi dan cafe cafe yang dilengkapi wifi ramai dikunjungi anak muda yang ingin browsing. 

"Akibatnya anak anak sekarang lebih tunduk pada gadget nya ketimbang sama gurunya. Kalau sudah lihat gadget sampai tunduk, sampai kadang mereka tidak tahu kalau sedang berhadapan dengan gurunya," tandasnya. 

Dedi Iskandar mengatakan, tidak akan lahir murid murid hebat kalau tidak terlahir dari guru guru hebat. Oleh sebab itu, perlu kerja keras dan kerja besar untuk mendidik anak anak di sekolah demi kemajuan Al Washliyah. 

Pada kesempatan itu Dedi Iskandar juga mengingatkan para guru dan dosen Washliyah agar menjadikan momentum politik sebagai tanggung jawab kolektif untuk berpartisipasi pada Pemilu. "Gunakan akal sehat untuk memilih pemimpin, kita tak ingin menambah ke dungu an, dan mengulanginya," tandasnya. 

Ketua IGDA Sumut, Drs. Milham, dalam kata sambutannya mengatakan, di umur ke 53 tahun ini, IGDA harus lebih berbenah, untuk mengembalikan jati diri Al-Washliyah dalam menciptakan kader kader yang berakhlak. Katanya, saat ini banyak fenomena yang menjadi bukti kebobrokan akhlak di sekolah. "Ada murid persekusi guru, ada murid yang tidak sopan pada guru, dan bahkan ada yang sampai menganiaya gurunya. Itu adalah tanda bobroknya akhlak," tandasnya. 

Milhan mengatakan, perlu juga diajarkan kepada para siswa soal wawasan kebangsaan, agar tidak mudah bangsa ini di jajah dan diadu domba. Menurutnya, saat ini kita dihadapkan pada proxy war, perang ideologi. Itu yang membuat anak anak kita kehilangan akal sehat dan nilai nilai luhur budaya, sehingga mereka begitu mudah terpengaruh.

"Pribumi dan non Pribumi cukup tinggi gep nya, dan ini akan jadi bahaya kedepan untuk kita. Oleh sebab itu perlu mendalaman wawasan kebangsaan pada siswa siswa kita. Mereka sudah memantau kekayaan alam Bangsa ini, makanya kita harus beri bekal wawasan cinta tanah air pada anak didik agar mereka turut waspada," tandasnya. 

Rakerwil II IGDA Sumut dan Milad igda ke 53 ini juga dihadiri oleh Ketua Pengurus Besar Al Washliyah Dr. H. Amran Arifin, MM, Kepala Biro Kesra Provinsi Sumut, Yusuf, Mewakili Al Washliyah Sumut, Dr. Anshari Yamamah, dan seluruh guru dan para dosen AL Washliyah se Sumut. 
 

Pewarta: Septianda perdana

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019