Jakarta (Antaranews Sumut) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi ini menguat tipis sebesar empat poin menjadi Rp15.204 dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.208 per dolar AS.
"Pergerakan nilai tukar rupiah relatif stabil terhadap dolar AS seiring sentimen dari dalam negeri yang relatif positif," kata Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan beberapa sentimen positif bagi fluktuasi rupiah, diantaranya realisasi investasi di sektor energi terbarukan yang telah mencapai 804 juta dolar AS, perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini di atas lima persen serta penurunan defisit transaksi berjalan, hingga adanya penjajakan kerja sama investasi dan ekonomi antara Indonesia dan Uni Eropa.
Ia menambahkan data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat pada kuartal ketiga yang melambat dibandingkan periode sebelumnya turut mempengaruhi fluktuasi dolar AS di pasar global.
Ia mengemukakan data pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan ketiga sebesar 3,5 persen, sementara triwulan kedua sebesar 4,2 persen pada tahun ini.
"Dolar AS mengalami pelemahan terhadap beberapa mata uang dunia setelah rilis data PDB-nya yang belum cukup direspon positif," katanya.
Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova mengatakan sentimen defisit transaksi berjalan masih menjadi salah satu faktor yang menahan apresiasi rupiah.
"Secara umum, sentimen ekonomi nasional cukup solid. Namun, pelaku pasar memandang negatif data defisit transaksi berjalan," katanya. Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018
"Pergerakan nilai tukar rupiah relatif stabil terhadap dolar AS seiring sentimen dari dalam negeri yang relatif positif," kata Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan beberapa sentimen positif bagi fluktuasi rupiah, diantaranya realisasi investasi di sektor energi terbarukan yang telah mencapai 804 juta dolar AS, perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini di atas lima persen serta penurunan defisit transaksi berjalan, hingga adanya penjajakan kerja sama investasi dan ekonomi antara Indonesia dan Uni Eropa.
Ia menambahkan data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat pada kuartal ketiga yang melambat dibandingkan periode sebelumnya turut mempengaruhi fluktuasi dolar AS di pasar global.
Ia mengemukakan data pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan ketiga sebesar 3,5 persen, sementara triwulan kedua sebesar 4,2 persen pada tahun ini.
"Dolar AS mengalami pelemahan terhadap beberapa mata uang dunia setelah rilis data PDB-nya yang belum cukup direspon positif," katanya.
Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova mengatakan sentimen defisit transaksi berjalan masih menjadi salah satu faktor yang menahan apresiasi rupiah.
"Secara umum, sentimen ekonomi nasional cukup solid. Namun, pelaku pasar memandang negatif data defisit transaksi berjalan," katanya. Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018