Langkat, (Antaranews Sumut) - Pengrajin rotan asal Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dengan berbagai produk anyaman terus melakukan inovasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen hingga bisa menembus pasar antar provinsi.
     
"Usaha pengrajinan rotan ini masih terus ada," ujar pengusaha rotan Langkat Fadlan Perangin-angin, di Stabat, Senin. 
     
Dimana berbagai ragam produk anyaman berbahan baku rotan masih tetap mendapat minat dikalangan konsumen dari kalangan bawah, menengah dan kalangan atas, sehingga usaha ini terus berkembang, katanya.
     
Berbagai kerajinan anyaman rotan ini dibuat dari mulai kuri rotan, sopa, ayunan dan berbagai produk lainnya terus dibuat untuk memenuhi permintaan pasar terutama yang berasal dari luar provinsi Sumaterra Utara.
     
Usaha anyaman rotan ini sudah dirintisnya sejak 20 tahun yang lalu, berada di Dusun Dondong Desa Jentera Kecamatan Wampu.
     
Di lokasi miliknya ini terlihat sejumlah perlengkapan rumah tangga berbahan rotan juga ada yang dikerjakan oleh 25 orang pekerjanya yang berasal dari berbagai kecamatan yang ada di Langkat. 
     
Fadlan menjelaskan usahanya ini mampu memproduksi 50-60 set kursi untuk memenuhi permintaan pasar yang adatang dari Aceh, Riau, maupun Sumatera Barat.  
     
"Saat ini yang menjadi primadona adalah ayunan dari rotan yang cukup banyak dipesan para konsumen," katanya.  
     
Dimana satu produk ayunan dari rotan ini dijual mencapai Rp 1 Juta hingga Rp 2 Juta, tergantung model dan tingkat kesulitan pembuatannya.
     
Menyangkut dengan bahan baku rotan untuk membuat berbagai produk anyaman ini didapatnya dari daerah Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi maupun dari Langkat sendiri.
     
Fadlan menyampaikan juga komoditi hasil olahan dari totan ini masih diterima pasar yang cukup lumayan baik di Sumatera Utara maupun di provinsi lain. 
     
"Kita akan terus melakukan inovasi terbaru, agar produk dari rotan ini mampu bersaing dengan produk olahan pabrik," katanya.***3***

Pewarta: H.Imam Fauzi

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018