Balige (Antaranews Sumut) - Kalangan pemerhati menilai, capaian pembangunan di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara belum tersentuh secara maksimal, akibat kurangnya perhatian dari para pemangku kepentingan di daerah yang terletak di pinggiran danau Toba tersebut. 

"Padahal idealnya, sebagai ibukota Kabupaten, representasi pembangunan menyeluruh harus bisa tergambarkan secara total," kata seorang pemerhati, Parlin Sianipar di Balige, Jumat. 

Pembangunan dimaksud, lanjutnya, bukan hanya diwujudkan melalui kemajuan infrastruktur dan sarana fisik, akan tetapi termasuk pembangunan mental spritual dan prilaku manusia yang menyangkut kepedulian. 

Menurut Ketua Umum Sianipar Jabodetabek (Periode 1998-2001) ini, semua pihak harus lebih berperan dalam memberikan perhatian untuk memajukan daerah yang sangat potensial dikembangkan menjadi objek wisata tersebut. 

Alumnus Magister Teknik ITB Bandung (1999) ini menyebutkan, hampir tidak terlihat adanya kemajuan significan, pasca pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara sejak 1998 meski Bupatinya telah berganti hingga empat kali. 

"Percepatan pembangunan, seharusnya bisa terlihat berproses dengan lancar, sehingga masyarakat dapat merasakan hasil kemajuan dalam berbagai sektor secara optimal," ujar tenaga ahli Badan pendukung Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum, Dep. PU. Jakarta tersebut. 

Pria kelahiran kota Balige 17 Juni 1949 itu menggambarkan, berbagai persoalan sering timbul akibat minimnya tingkat kepedulian para pihak yang seharusnya bisa teratasi, jika para pemangku kepentingan di daerah ini lebih jeli dalam menyikapi berbagai masalah atau setiap kendala yang menghadang. 

Hal paling miris, kata dia penegakan supremasi hukum sepertinya juga tidak berjalan maksimal, sehingga berbagai tingkat kejahatan cenderung meningkat di daerah berpenduduk 180.694 jiwa itu. 

Contoh kecil nyata, belum lama ini terungkap kasus asusila terhadap anak kandung yang dilakukan orangtua korban yang nota bene kejadiannya di kota Balige yang memiliki sebutan 'Balige Raja'. 

Hal menyedihkan lainnya, seorang nenek tua yang sudah hampir uzur dalam waktu dekat harus berurusan dengan pihak aparat dengan penetapan vonis pengadilan akibat pelanggaran hukum yang dilakukannya.  

Pemerhati lain, Jornal Effendy Siahaan menambahkan, para anak rantau yang berasal dari daerah itu diharapkan dapat berkontribusi melalui sumbangan pemikiran dan berbagai hal terkait, agar pencapaian pembangunan yang belum begitu memuaskan bisa lebih maksimal dan hasilnya dapat dinikmati masyarakat. 

"Idealnya, seluruh pemangku kepentingan di kabupaten tersebut harus diajak guna membicarakan langkah dan strategi percepatan pembangunan yang perlu dilaksanakan," sebutnya. 

Untuk itu kata Jornal, pihaknya sedang menggasi terbentuknya satu forum peduli kemajuan pembangunan di Tobasa untuk menyuarakan kepentingan-kepentingan masyarakat dalam berbagai sektor. 

Inisiasi rencana pembentukan forum peduli kemajuan pembangunan Tobasa itu dihadiri sejumlah tokoh pemerhati di antaranya, Oloan F Pardede, H. I. Napitupulu, H. Oloan, W. Sianipar, Sahala, Tota Manurung dan Charles Pardede. 


Pewarta: Imran Napitupulu

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018