Medan, 18/1 (Antara) - Pengurus Partai Persatuan Pembangunan Kota Medan, kubu Djan Faridz berupaya mengambil alih kantor di Jalan Sekip yang dikuasai kubu Romahurmuziy, Senin.
Upaya itu dipimpin Yuni Pilliang selaku Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan Kota Medan kubu Djan Faridz bersama sejumlah pengurus dan beberapa pemuka agama.
Kedatangan mereka sebelumnya disambut pengurus PPP Kota Medan kubu M Romahurmuziy di lantai satu kantor tersebut.
Awalnya, kegiatan tersebut berlangsung lancar karena pertemuan itu diawali dengan doa bersama.
Namun situasi mulai memanas ketika Yuni Pilliang menyampaikan maksud kedatangannya dan mengaku sebagai Ketua DPC PPP Kota Medan.
Sambutan Yuni Pilliang diinterupsi Wakil Sekretaris DPC PPP Kota Medan kubu Romahurmuziy, Thamrin Harahap yang meminta kegiatan itu ditunda sambil menunggu kedatangan Kettua DPC PPP Kota Medan kubu Romahurmuziy, Aja Syahri.
Beberapa kader Romahurmuziy mulai emosional sambil mempertanyakan kapasitas Yuni Pilliang yang ingin mengambil alih kantor tersebut.
Setelah muncul perdebatan panjang, bahkan ada kader yang mengamuk sambil memukul meja, kondisi mulai mereda setelah Aja Syahri tiba.
Setelah itu, Yuni Pilliang menjelaskan tujuan kedatangannya untuk mengambil alih kantor tersebut karena kepengurusan yang ada dianggap tidak berlaku setelah pencabutan SK oleh Kementerian Hukum dan HAM.
Ia menegaskan ingin mengambil alih kantor tersebut dengan baik-baik sehingga hanya membawa pemuka agama dan sedikit pengurus.
"Tidak ada unjuk kekuatan, karena ini kantor kita. Tidak ada niat merampok kantor," katanya.
Ketua DPC PPP Kota Medan kubu Romahurmuziy, Aja Syahri mengatakan, kepengurusan PPP kembali ke hasil muktamar di Bandung pascakeputusan Kementerian Hukum dan Ham tersebut.
Pihaknya masih bertahan di kantor tersebut karena berstatus pengurus yang sah dan ditetapkan DPP PPP hasil muktamar di Bandung.
"Saya tidak pernah menerima surat pemecatan. Saya sudah sering bilang, sabar menunggu SK Kemenkumham atas kepengurusan Djan Faridz. Kalau sudah keluar, saya serahkan kunci kantor dengan ikhlas," katanya.
Kondisi mulai memanas lagi ketika Yuni Pilliang menceritakan kondisi PPP yang diambang kehancuran, terutama setelah Rhoma Irama mendirikan Partai Idaman dan menarik sejumlah kader parpol berlambang Kabah itu.
Kalimat itu menyulut emosi sebagian kader PPP karena tidak rela mendengarkan istilah PPP hancur. Kedua pihak terlihat emosi sehingga saling dorong, bahkan ada yang berupaya untuk memulai pemukulan.
Namun kondisi itu dapat diselesaikan oleh pihak kepolisian berpakaian sipil yang mengikuti pertemuan tersebut.
Usai didamaikan, hingga pukul 13.00 WIB, pengurus DPC PPP Kota Medan kubu Djan Faridz masih bertahan di kantor tersebut. Sedangkan kubu Romahurmuziy tetap siaga di lokasi.
Namun sikap duduk yang ditunjukkan kubu Djan Faridz itu dibiarkan kubu Romahurmuziy. "Menduduki kantor tidak kita terima, tapi kalau silaturahim kita terima," kata Aja Syahri. ***2***
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
Upaya itu dipimpin Yuni Pilliang selaku Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan Kota Medan kubu Djan Faridz bersama sejumlah pengurus dan beberapa pemuka agama.
Kedatangan mereka sebelumnya disambut pengurus PPP Kota Medan kubu M Romahurmuziy di lantai satu kantor tersebut.
Awalnya, kegiatan tersebut berlangsung lancar karena pertemuan itu diawali dengan doa bersama.
Namun situasi mulai memanas ketika Yuni Pilliang menyampaikan maksud kedatangannya dan mengaku sebagai Ketua DPC PPP Kota Medan.
Sambutan Yuni Pilliang diinterupsi Wakil Sekretaris DPC PPP Kota Medan kubu Romahurmuziy, Thamrin Harahap yang meminta kegiatan itu ditunda sambil menunggu kedatangan Kettua DPC PPP Kota Medan kubu Romahurmuziy, Aja Syahri.
Beberapa kader Romahurmuziy mulai emosional sambil mempertanyakan kapasitas Yuni Pilliang yang ingin mengambil alih kantor tersebut.
Setelah muncul perdebatan panjang, bahkan ada kader yang mengamuk sambil memukul meja, kondisi mulai mereda setelah Aja Syahri tiba.
Setelah itu, Yuni Pilliang menjelaskan tujuan kedatangannya untuk mengambil alih kantor tersebut karena kepengurusan yang ada dianggap tidak berlaku setelah pencabutan SK oleh Kementerian Hukum dan HAM.
Ia menegaskan ingin mengambil alih kantor tersebut dengan baik-baik sehingga hanya membawa pemuka agama dan sedikit pengurus.
"Tidak ada unjuk kekuatan, karena ini kantor kita. Tidak ada niat merampok kantor," katanya.
Ketua DPC PPP Kota Medan kubu Romahurmuziy, Aja Syahri mengatakan, kepengurusan PPP kembali ke hasil muktamar di Bandung pascakeputusan Kementerian Hukum dan Ham tersebut.
Pihaknya masih bertahan di kantor tersebut karena berstatus pengurus yang sah dan ditetapkan DPP PPP hasil muktamar di Bandung.
"Saya tidak pernah menerima surat pemecatan. Saya sudah sering bilang, sabar menunggu SK Kemenkumham atas kepengurusan Djan Faridz. Kalau sudah keluar, saya serahkan kunci kantor dengan ikhlas," katanya.
Kondisi mulai memanas lagi ketika Yuni Pilliang menceritakan kondisi PPP yang diambang kehancuran, terutama setelah Rhoma Irama mendirikan Partai Idaman dan menarik sejumlah kader parpol berlambang Kabah itu.
Kalimat itu menyulut emosi sebagian kader PPP karena tidak rela mendengarkan istilah PPP hancur. Kedua pihak terlihat emosi sehingga saling dorong, bahkan ada yang berupaya untuk memulai pemukulan.
Namun kondisi itu dapat diselesaikan oleh pihak kepolisian berpakaian sipil yang mengikuti pertemuan tersebut.
Usai didamaikan, hingga pukul 13.00 WIB, pengurus DPC PPP Kota Medan kubu Djan Faridz masih bertahan di kantor tersebut. Sedangkan kubu Romahurmuziy tetap siaga di lokasi.
Namun sikap duduk yang ditunjukkan kubu Djan Faridz itu dibiarkan kubu Romahurmuziy. "Menduduki kantor tidak kita terima, tapi kalau silaturahim kita terima," kata Aja Syahri. ***2***
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016