Balige, Sumut, 8/9 (Antara) - Pengembangan Kota Balige di Kabupaten Toba Samosir, diprioritaskan menjadi pusat pelayanan utama kawasan yang memiliki fasilitas terhadap fungsi Danau Toba, meliputi pariwisata didukung simpul transportasi menghubungkan pusat kegiatan nasional dan kegiatan wilayah.

"Penataan pengembangan kota Balige sebagai bagian wilayah perencanaan (BWP) sedang dipersiapkan penanganannya," kata Koordinator Tim Asistensi Survey Pengembangan Kawasan Pusat Pelayanan Utama Danau Toba, Tengku Idris Pardede di Balige, Selasa.

Fasilitas pelayanan utama terhadap fungsi Danau Toba ini, kata dia, mencakup perlindungan danau dan pariwisata yang didukung budidaya perikanan, peternakan, perkebunan dan hortikultura serta simpul transportasi menghubungkan pusat kegiatan nasional (PKN) dan pusat kegiatan wilayah (PKW).

Menurutnya, kawasan danau Toba sangat potensial untuk pengembangan kepariwisataan di propinsi Sumatera Utara, mengingat industri pariwisata merupakan salah satu komponen utama pembangunan di sektor ekonomi, sosial dan budaya.

Saat ini, tim ahli dan sejumlah konsultan dari Jakarta di antaranya, Mangapul Sinaga, Rodin Saragih, Roy Banjarnahor, Brian dan Herman Purba sedang melakukan pengumpulan data guna menghasilkan materi teknis tentang rencana detail tata ruang (RDTR)Kecamatan Balige.

Diagram alir kegiatan yang dilakukan, lanjutnya, mencakup konsep ruang untuk materi teknis RDTR dengan konsep kawasan kota (urbanized) memilih pasar tradisional balerong yang terletak di pusat kota Balige, berjarak sekitar 248 kilometer dari Medan ibukota propinsi Sunmatera Utara.

Selanjutnya, kata mantan Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) DKI Jakarta itu, rencana aksi penanganan kawasan Pasar Balerong akan dituntaskan melalui konsep yang dimatangkan oleh para pemangku kepentingan.

Diskusi dengan masyarakat mengenai konsep tata bangunan kawasan Balerong ini, juga akan melibatkan peran serta anak-anak rantau untuk menghasilkan materi teknis RDTR (urbanized area) serta tata kawasan maupun beberapa bangunan fisik yang ada di dalamnya.

Onan Balerong atau pasar tradisional di Balige, hingga kini selalu ramai dikunjungi wisatawan untuk menyaksikan keunikan dan kemegahan bangunan berhiaskan "gorga" (ornamen Batak) peninggalan kolonial Belanda pada 1936.

Konsep pengembangan enam deret bangunan bercirikan rumah adat yang disebut Balerong itu, mencakup persepsi pemanfaatan berikut hal-hal diperlukan serta skenario pengembangan kondisi saat ini (eksisting) maupun potensi/constrain dana atau lahan serta peran masyarakat.

Kemegahan dan kerumitan ukir-ukiran Batak ditambah keunikan bangunan Balerong dapat dijadikan sebagai ikon dan kebanggaan kota Balige, karena selalu mengundang decak kagum para wisatawan yang mengunjunginya

"Bangunan inkulturatif berbentuk sopo atau rumah adat Batak yang unik di Balerong ini cukup berhasil mengundang minat turis lokal dan mancanegara," ujar Pardede. ***1***



Pewarta: Imran Napitupulu

Editor : Ribut Priadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015