Medan, 2/8 (Antara) - David versus Goliath, itulah bahasa yang diungkapkan sejumlah masyarakat di warung kopi ketika membicarakan pemilihan kepala daerah (pilkada) di Kota Medan, Sumatera Utara. Pasangan Dzulmi Eldin sebagai calon petahana (incumbent) yang berpasangan dengan Achyar Nasution diibaratkan sebagai Goliath yang hebat dan kuat. Sedangkan penantangnya, pasangan Ramadahan Pohan dan Eddie Kusuma diibaratkan sebagai David yang kecil dan lemah. Sebuah perumpamaan yang belum tentu benar, tetapi cukup mengelitik. Apalagi perumpamaan tersebut disampaikan masyarakat yang berbincang-bincang di warung kopi. Perumpamaan sebagai Goliat tersebut mungkin karena keberadaan Dzulmi Eldin yang merupakan calon petahana. Sebagai calon yang baru beberapa hari mengakhiri jabatan sebagai Wali Kota Medan, kemungkinan Dzulmi Eldin dianggap "kuat" karena menguasai sistem melalui mantan anak buahnya yang masih menjabat. Selain itu, banyak partai politik yang mengusung dan mendukung dalam pencalonannya ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan. Dalam berkas dukungan, tercatat tujuh partai politik yang mengusung pasangan Dzulmi Eldin-Achyar Nasution yakni PDI Perjuangan, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Nasdem, Partai Golkar, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), dan Partai Bulan Bintang (PBB). Sedangkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tetap memberikan dukungan, meski tidak tercatat sebagai partai politik pengusung di KPU. Ketua DPW PPP Sumut Yulizar Parlagutan Lubis mengatakan, meski tidak terdaftar sebagai parpol pengusung di KPU, tetapi mesin politik PPP akan bekerja secara maksimal di lapangan untuk memenangkan pasangan calon yang didukung, termasuk pasangan Dzulmi Eldin-Achyar Nasution. "Meski tidak terdaftar, bendera Ka'bah telah dikibarkan," ujar Yulizar. Ketika menyerahkan dukungan pada Senin (27/7), seluruh ketua partai politik pengusung dan pendukung itu hadir mendampingi pasangan Dzulmi Eldin-Achyar Nasution. Delapan pimpinan partai politik itu adalah Ahmad Arif (Ketua PAN Medan), Hasyim (Ketua PDI Perjuangan Medan), Geeta (Ketua Partai Nasdem Medan), Syaf Lubis (Ketua Partai Golkar Medan), Ibnu Ubaidillah (Ketua PBB Medan), Riswanto (Ketua PKPI Medan), Azhar Arifin (Ketua PKS Medan), dan Aja Syahri (Ketua PPP Medan). Terlihat juga Ketua PDI Perjuangan Sumut Japorman Saragih dan sejumlah wakil ketua seperti Budiman Pardamean Nadapdap, Baskami Ginting, dan Taufan Agung Ginting. Tiga parpol Jika pasangan Dzulmi Eldin-Achyar Nasution mendapatkan dukungan delapan partai politik, pasangan Ramadhan Pohan-Eddie Kusuma justru hanya diusung tiga partai politik yakni Partai Demokrat, Partai Gerindra, dan Partai Hanura. Ramadhan Pohan menyebutkan dukungan tiga partai politik tersebut sebagai "Koalisi Rakyat Medan". Koalisi yang melibatkan Partai Demokrat, Partai Gerindra, dan Partai Hanura tersebut didapatkan atas dasar prinsip kebersamaan untuk membangun Kota Medan secara harmoni. "Kita semua seide dan segagasa dengan visi misi kami," dalihnya. Meski melawan calon petahana yang mendapatkan dukungan delapan partai politik, tetapi Ramadhan Pohan mengaku tidak merasa gentar. Optimisme Ramadhan Pohan disebutkannya karena menawarkan sesuatu yang dibutuhkan warga Kota Medan, yakni kepemimpinan yang kuat dan berani mengambil keputusan yang tepat untuk kemajuan meski keputusan itu dinilai tidak populer. Optimisme itu semakin kuat karena dalam kampanye nanti, pihaknya akan mendatangkan tokoh-tokoh nasional seperti Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto dalam kampanye. "Insya Allah, mereka akan didatangkan," ucapnya. Dengan kehadiran tiga tokoh nasional tersebut, diharapkan warga Kota Medan dapat mempercayai komitmen calon wali kota Medan yang berpasangan dengan Eddie Kusuma tersebut. "Apa anda ragu dengan kapasitas Pak SBY, Pak Prabowo, dan Pak Wiranto?," ujar Ramadhan. Ragukan keunggulan Eldin Jika dihitung diatas kertas, terutama perbandingan parpol pendukung, pasangan Eldin-Achyar memang memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan dengan pasangan Ramadhan-Eddie. Namun, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Sohibul Ansor Siregar meragukan berbagai keunggulan tersebut sebagai penjamin pasangan Eldin-Achyar menang secara mudah dalam Pilkada Kota Medan. "Apalagi keberadaan parpol yang saya nilai bukan sebagai kekuatan untuk menang dalam pilkada," tuturnya. Menurut Sohibul, kemenangan pasangan Eldin-Achyar sangat tergantung dari kemampuan "menjual diri" dengan meyakinkan masyarakat bahwa program dan visi misi yang ditawarkan benar-benar mampu menjawab permasalahan yang ada. Jika mengandalkan parpol, pasangan Eldin-Achyar mungkin hanya bisa mengharapkan mesin politik PKS dan PDI Perjuangan karena kedua parpol itu memiliki pendukung dan kader yang militan. Dengan berbasis kader dan ideologi, PKS dan PDI Perjuangan memiliki cara kerja yang khusus dalam mengarahkan suara kader kepada calon tertentu. Apalagi jika dikaitkan dengan PKS yang selama ini dikenal memiliki pendukung yang sangat militan dan sangat mematuhi pimpinan parpol yang umumnya berasal dari kalangan pemuka agama tersebut. "PKS itu 'mengakar', mulai dari atas hingga bawah. Kalau bekerja, mereka militan mulai dari start hingga akhir," imbuhnya. Apalagi pasangan Eldin-Achyar juga dinilai sebagai format yang tepat untuk didukung dalam pilkada yang diselenggarakan secara serentak tersebut. "Kalau formatnya tidak tepat, biasanya mereka (PKS) 'mbalelo," kata Sohibul. Namun, ia meragukan mampunya mesin politik PDI Perjuangan bekerja secara maksimal karena format dukungan yang diberikan berbeda dengan "tradisi" parpol dengan banteng itu di Sumatera Utara. Di Jawa, tradisi yang dimiliki PDI Perjuangan cukup nasionalis dan lebih mengedepankan aspek Soekarnoisme, sehingga dapat menerima berbagai pihak tanpa melihat aspek SARA dan asal golongan. Kondisi itu berbeda dengan tradisi PDI Perjuangan di Sumatera Utara yang terkesan lebih menonjolkan aspek SARA dan asal golongan dalam pemberian dukungan. "Eldin boleh mendapatkan dukungan, tetapi sosok Achyar Nasution dinilai bukan karakter PDIP," tegasnya. Kondisi tersebut merupakan "keuntungan" bagi pasangan Ramadhan Pohan-Eddie Kusuma yang menjadi calon calon Eldin-Achyar dalam Pilkada Kota Medan. "Kalau Ramadhan Pohan pintar, suara dari PDI Perjuangan justru bisa didapatkan," ujar Sohibul. Kemudian, kata Sohibul, meski merupakan mantan wali kota Medan, tetapi Dzulmi Eldin juga diragukan mampu menguasai sistem karena kurang mampu menunjukkan kepemimpinan yang kuat selama ini. Kondisi itu berbeda dengan dua wali kota Medan sebelumnya yakni Abdillah dan Rahudman Harahap yang memiliki perhatian besar dalam struktur pemerintahan hingga tingkat terendah. Sikap kepemimpinan itu menyebabkan Abdillah dan Rahudman Harahap mendapatkan dukungan penuh dari aparatur pemerintahan, bahkan hingga tingkat lingkungan. Abdillah dan Rahudman Harahap juga memiliki kepemimpinan yang sangat responsif terhadap berbagai permasalahan yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Dengan kondisi itu, tidak tepat juga kalau pilkada Kota Medan diibaratkan pertarungan antara David melawan Goliath karena salah satu pasangan dinilai tidak ada memiliki keunggulan mutlak yang dapat mengalahkan lawannya. ***2*** Chandra HN (T.I023/B/C. Hamdani/C. Hamdani) 02-08-2015 16:46:34

Pewarta: Irwan Arfa

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015