Simalungun, Sumut, 25/6 (Antara) - Pemerintah Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, tidak mengagendakan progam tabur benih ikan pora-pora di Danau Toba pada tahun 2015.
"Tidak ada program khusus, karena Danau Toba dimiliki tujuh kabupaten dan kota," kata Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabuoaten Samosir, Rensus Simanjorang, di Pangururan, Kamis.
Menurut Rensus, penaburan secara daerah per daerah tidak memberikan hasil yang maksimal mengingat perairan Danau Toba sangat luas..
Ia mengatakan, jika daerah lain melakukan penaburan benih Ikan pora-pora, Pemerintah Kabupaten Samosir juga akan melaksanakan kegiatan yang sama.
Menurut Rensus, kelangkaan ikan pora-pora disebabkan perilaku para nelayan yang melakukan penjaringan di muara sungai dengan mempergunakan mata jaring yang banyak.
"Kian banyaknya populasi ikan kaca atau ikan perak yang menjadi predator atau pemangsa, menjadi faktor utama," sebut Rensus.
Ikan yang memiliki tulang keras ini sulit dimusnahkan, karena membutuhkan waktu 30 hari untuk berkembang dengan panjang maksimal mencapai 30 Cm sesuai hasil penelitian Prof Setyadi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Upayanya bagaimana masyarakat mengemas ikan ini sehingga memiliki nilai ekonomis, seperti menjadi abon ikan dan pakan. Kita siap mendukung untuk menumbuhkan kembali ekonomi kerakyatan," kata Rensus. ***3***
(T.KR-WRS/B/A.J.S. Bie/A.J.S. Bie
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
"Tidak ada program khusus, karena Danau Toba dimiliki tujuh kabupaten dan kota," kata Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabuoaten Samosir, Rensus Simanjorang, di Pangururan, Kamis.
Menurut Rensus, penaburan secara daerah per daerah tidak memberikan hasil yang maksimal mengingat perairan Danau Toba sangat luas..
Ia mengatakan, jika daerah lain melakukan penaburan benih Ikan pora-pora, Pemerintah Kabupaten Samosir juga akan melaksanakan kegiatan yang sama.
Menurut Rensus, kelangkaan ikan pora-pora disebabkan perilaku para nelayan yang melakukan penjaringan di muara sungai dengan mempergunakan mata jaring yang banyak.
"Kian banyaknya populasi ikan kaca atau ikan perak yang menjadi predator atau pemangsa, menjadi faktor utama," sebut Rensus.
Ikan yang memiliki tulang keras ini sulit dimusnahkan, karena membutuhkan waktu 30 hari untuk berkembang dengan panjang maksimal mencapai 30 Cm sesuai hasil penelitian Prof Setyadi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Upayanya bagaimana masyarakat mengemas ikan ini sehingga memiliki nilai ekonomis, seperti menjadi abon ikan dan pakan. Kita siap mendukung untuk menumbuhkan kembali ekonomi kerakyatan," kata Rensus. ***3***
(T.KR-WRS/B/A.J.S. Bie/A.J.S. Bie
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015