Singapura, 26/1 (Antara/AFP) - pada Senin, setelah Partai Syriza yang anti penghematan meraih kemenangan dalam pemilihan umum Yunani, menghadapkan pukulan lebih lanjut bagi euro yang sedang kesulitan, kata para analis.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, merosot sebanyak 2,7 persen menjadi 44,35 dolar AS per barel di New York, dan minyak mentah Brent untuk Maret jatuh hingga 1,9 persen di London.

Kedua kontrak meraih kembali beberapa kerugiannya dan di perdagangan sore di Asia, WTI diperdagangkan pada 45,02 dolar AS, turun 57 sen atau 1,25 persen, dan Brent berada di 48,31 dolar AS, turum 48 sen atau 0,98 persen.

"Harga minyak anjlok sesaat ketika mereka dibuka. Kami yakin bahwa penurunan awal dipicu oleh pemilihan umum Yunani," kata Daniel Ang, seorang analis investasi di Phillip Futures di Singapura.

"Kami bahkan melihat sekilas kepanikan jual setelah pasar dibuka. Namun, harga berbalik naik tak lama setelah turun," kata dia kepada AFP.

Kemenangan Partai Syriza, yang anti kebijakan penghematan telah memicu kekhawatiran bahwa Yunani bisa keluar dari zona euro, mengirim euro terjun ke terendah baru dalam 11 tahun terhadap dolar AS.

Para analis mengatakan ini membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal, sehingga mengurangi permintaan dan menambahkan tekanan lebih lanjut pada harga minyak.

Syriza ingin melakukan negosiasi ulang persyaratan dari kesepakatan dana talangan (bailout) Yunani senilai 240 miliar euro (269 miliar dolar AS) dengan Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) yang partai katakan mecekik setiap kesempatan pemulihan ekonomi yang Yunani miliki.

DBS Bank Singapura mengatakan "pasar merasa khawatir atas tindakan yang akan diambil pemerintah baru dalam agenda reformasi dan langkah-langkah penghematan".

Minyak telah kehilangan lebih dari setengah nilainya sejak Juni tahun lalu ketika komoditas itu duduk di atas 100 dolar AS per barel karena kelebihan pasokan, terutama didorong produksi AS yang kuat, dan permintaan global yang lemah.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang dipimpin oleh Arab Saudi, pada November lalu memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksi mereka meskipun kelebihan pasokan.

"Harga minyak untuk sisa minggu ini diperkirakan akan bergerak di kisaran sempit lagi," kata Ang.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015