Sao Paulo, 2/7 (Antara/Reuters) - Bagi pelatih Swiss, Ottmar Hitzfeld, kekalahan atas Argentina sehari setelah abangnya meninggal, terasa amat berat, tetapi ia merasa bangga karena nyaris mengalahkan tim favorit.

Angel Di Maria mencetak satu-satunya gol pada laga 16 besar itu di Sao Paulo dua menit menjelang akhir laga perpanjangan waktu, sebelum pemain Swiss Blerim Dzemaili menggebrak ke gawang Argentina tapi tendangannya membentur tiang gawang.

Pelatih Swiss berusia 65 tahun dan berbicara lembut itu mengatakan, kekalahan itu merupakan laga terakhir ia sebagai pelatih dan setelah itu akan bekerja sebagai komentator televisi di negaranya di Jerman.

"Saya ingin hidup tenang pada sisa usia saya," kata pelatih berwajah keras Hitzfeld dalam temu pers dan ia meminta wartawan tidak bertanya tentang saudara tuanya yang meninggal.

"Pekerjaan saya sebagai pelatih berakhir di sini. Saya bangga dengan karir saya. Saya amat beruntung menjadi pelatih tim hebat termasuk tim nasional Swiss," katanya.

"Ini merupakan penghargaan hebat bagi saya...dan saya bangga mengucapkan selamat tinggal kepada tim Swiss dan tentu saja dalam hati saya amat emosional dan sedih," katanya.

Hitzfeld mulai bergabung dengan tim nasional itu pada 2008 dan membimbing Swiss untuk pertama kali ke perempat final Piala Dunia sejak 1954, ketika mereka maju ke putaran delapan besar di negara sendiri.

Kekalahan itu mengakhiri karir hebatnya di kancah sepak bola Eropa.

Mantan pemain itu memenangi dua kejuaraan Swiss, tujuh kejuaraan Jerman dan tiga kompetisi Piala Eropa.
Ia juga memenangi kompetisi Liga Champions dua kali - bersama Borussia Dortmund pada 1997 dan Bayern Munich pada 2001 - membuat dia menjadi salah satu pelatih yang meraih semua piala pada dua klub berbeda.

Angkat kepala
Argentina diharapkan memainkan laga dengan tanpa kesulitan, tetapi organisasi pertahanan Swiss serta permainan amat tangguh secara keseluruhan membuat Argentina frustrasi dalam laga hampir dua jam itu.

Lionel Messi, pemain depan paling handal di Argentina, dikawal ketat beberapa pemain Swiss. Tapi ia dengan licin melepaskan diri dari kurungan lawan dan pada satu kesempatan mendapat bola dan memberi umpan manis kepada Di Maria, yang menyelesaikannya dengan baik.

"Kami tahu bahwa Messi dalam satu detik dapat menentukan jalannya pertandingan. Ia memiliki kemampuan khusus untuk melakukan itu," kata Hitzfeld.

"Dan kemudian ada umpan kepada Di Maria dan kemudian ada tendangan hebat dari kaki Di Maria. Memang tidak mudah untuk melewati penjaga gawang kami. (Diego) Benaglio amat hebat, tapi tetap saja kecolongan," katanya.

Hitzfeld ditanya apakah ia menyesal karena Argentina terlalu memainkan laga bertahan, dan ia menjawab memang itu merupakan bagian dari taktik mereka.

"Anda tentu kaget dengan gebrakan Argentina, tetapi ada jarak dalam beberapa kesempatan. Coba Anda amati dalam tiga menit terakhir," ujarnya.
"Bila kami menyerang Argentina terus menerus, kami mungkin malah kemasukan gol lebih banyak dari ketika melawan Prancis," ungkapnya.

Swiss kalah 2-5 atas Prancis di penyisihan grup, tetapi lolos ke putaran 16 besar setelah menang atas Ekuador dan Honduras.
Hitzfeld mengatakan, pertandingan itu bersifat emosional.

"Hari ini, emosi merupakan salah satu dimensi pada laga besar ini. Ini laga Piala Dunia dan ada kesempatan untuk memasuki adu penalti dan itu tentu memicu tensi amat tinggi. Saya kira kami bisa melangkah panjang dengan mengangkat kepala kami ketika meninggalkan turnamen ini," ujarnya.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014