Depok, 13 (Antara) - Apa yang terjadi setelah debat pertama kedua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo-Hatta, Jokowi-JK digelar di media televisi oleh Komisi Pemilihan Umum? Tentu dampaknya terhadap elektabilitas kedua pasangan capres bisa beragam.

Menurut Direktur Eksekutif Puskaptis Husein Yazid, agenda debat calon presiden dan calon wakil presiden (capres dan cawapres) yang dihelat Komisi Pemilihan Umum (KPU) memengaruhi elektabilitas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Banyak 'swing voters' atau pemilih mengambang memilih pasangan ini.

"Debat memengaruhi keterpilihan dan debat pertama itu meningkatkan elektabilitas Prabowo-Hatta. Banyak pemilih mengambang memutuskan untuk memilih pasangan ini," ujarnya seraya menyebutkan, ada tiga faktor penyebab beralihnya pemilih mengambang ke kubu Prabowo-Hatta.

Pertama, kata Husein, publik melihat Jokowi banyak mengandalkan contekan. Hal itu tidak disukai oleh publik. Kedua, penampilan Jusuf Kalla (JK) yang jauh lebih mendominasi dibanding Joko Widodo (Jokowi). Itu memperlihatkan kepada publik pamor Jokowi terendam oleh penampilan JK yang lebih lugas. Dominasi JK tersebut menjadikan Jokowi yang seharusnya lebih tampil menjadi mendem.

Alasan ketiga, penampilan Jokowi yang saat debat mengenakan jas. "Perubahan ini menunjukan Jokowi kehilangan rasa percaya diri," katanya.

Dia berpendapat, dalam debat, publik sangat memperhatikan bagaimana kualitas calon pemimpinya kelak. Tidak hanya isi gagasan dalam debat saja, faktor-faktor kecil juga harus diperhatikan karena kini publik lebih kritis.

Sementara itu anggota Tim Pemenangan Jokowi-JK, Budiman Sudjatmiko menilai pasangan ini menampakkan sosok pemimpin yang bekerja. Hal itu terlihat dari penjelasan-penjelasan pasangan nomor urut 2 ini, yang sangat jarang ke arah naratif dan konsep-konsep, dibandingkan dengan pasangan Prabowo-Hatta.

"Pak Jokowi-JK menampakkan diri mereka sebagai pelaku, pekerja. Orang yang orientasinya praktik. Sedangkan kelebihan Prabowo-Hatta, ketika membicarakan statement umum mereka terlihat memang memiliki gagasan besar, sehingga di bagian awal dan akhir Prabowo-Hatta bisa tampil optimal dengan gagasan-gagasannya," kata Budiman..

Tetapi ketika masuk debat, untuk pro-kontra, dimana logika, konsistensinya dan efek kejutnya, mereka terlihat agak goyang. Karena itu, Budiman memberikan catatan agar pasangan Prabowo-Hatta, tidak lebih normatif saat sesi debat, dan menjawab pertanyaan yang dilancarkan pasangan Jokowi-JK.

Sementara itu, kelemahan pasangan Jokowi-JK menurut duia, adalah kurang saat berbicara konsep besar. "Karena itu akan kita perbaiki. Bukan artinya mereka tidak memahami konsep besar, hanya saja mereka lebih suka mengambil contoh. Orientasi Jokowi-JK adalah pemecahan masalah," katanya.

Budiman juga melihat hasil debat itu menampakkan sosok Prabowo-Hatta sebagai "pembawa harapan", sedangkan Jokowi-JK menampilkan sosok "pembawa kepastian".

Juru bicara pasangan Jokowi-JK, Ferry Mursyidan Baldan mengaku puas atas hasil debat capres/cawapres tersebut. Dia menilai pasangan tersebut mampu tampil relaks dan memberikan argumentasi memuaskan di sepanjang jalannya debat itu. "Penampilan Jokowi juga memberikan kejutan karena menepis minimnya kemampuan berorasi. Sedangkan JK, dianggapnya tampil sebagai figur yang melengkapi Jokowi," katanya.

Ferry berpendapat, orang yang memilih Jokowi-JK akan semakin kokoh dan yang belum memilih, mudah-mudahan ini menjadi referensi untuk memilih nanti. Sejak awal, Jokowi-JK memang dibiarkan untuk tampil menjadi diri sendiri. Hal itu untuk menciptakan kenyamanan saat tampil di panggung yang disaksikan jutaan pasang mata melalui siaran langsung.

Dua pasangan capres/cawapres peserta Pemilu Presiden 2014 saat ini memasuki tahap debat antar-kandidat. KPU berencana menggelar lima kali debat antar-kandidat, baik antar-capres, antar-cawapres, maupun antar-pasangan calon. Semua debat itu akan disiarkan langsung oleh beberapa televisi swasta nasional

Kekuatan berimbang
Sementara itu peta dukungan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK di tujuh kota besar di Indonesia - Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, dan Balikpapan - menurut Survei Pusat Data Bersatu (PDB), secara keseluruhan selisihnya bagi kedua pasangan tak sampai 10 persen.

Menurut survei ini, pasangan Prabowo-Hatta unggul di dua kota, sementara pasangan Jokowi-JK di tiga kota. Di dua kota lain dalam survei PDB dukungan untuk kedua pasangan hanya berselisih sedikit.

Di Medan, Sumatera Utara, pasangan Prabowo-Hatta mengalahkan pasangan Jokowi-JK dengan 54,9 persen dukungan. Di kota ini, Jokowi-Kalla hanya mendapatkan 26,6 persen dukungan saja. "Di Medan pemilih Prabowo-Hatta juga lebih mantap dibanding pemilih Jokowi-JK," kata peneliti PDB Agus Herta.

Gambaran serupa terlihat di Kota Bandung, Jawa Barat. Di sini elektabilitas Prabowo-Hatta mencapai 30,9 persen dan Jokowi-JK sebesar 16 persen. Dari segi kemantapan pilihan, responden di Kota Bandung yang sudah mantap memilih Prabowo-Hatta mencapai 22,9 persen dan yang masih mungkin berubah pilihan sebanyak 7,5 persen.

Di Kota Bandung, pemilih yang sudah mantap memilih Jokowi-JK sebesar 9,7 persen dan yang masih mungkin berubah mencapai 6,4 persen.

Sebaliknya, pasangan Jokowi-Kalla unggul di Semarang dengan 32,4 persen, sementara Prabowo-Hatta hanya mendapatkan dukungan 14,9 persen responden saja. Sementara itu, di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jokowi-JK mendapatkan dukungan dari 32,9 persen responden, sedangkan Prabowo-Hatta mengantongi pilihan dari 18,8 persen responden.

Di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Jokowi-Kalla kembali mengungguli Prabowo-Hatta. Di kota asal Kalla ini, pasangan nomor urut 2 mendapatkan dukungan 53,8 persen dan pasangan nomor urut 1 mendapatkan dukungan 17,8 persen saja.

Sementara itu, kedua pasangan mendapat dukungan yang hanya berselisih tipis di DKI Jakarta dan Surabaya, Jawa Timur. Di Jakarta, Prabowo-Hatta mendapatkan dukungan 26,6 persen responden dan Jokowi-Kalla mengantongi 27,7 persen dukungan.

PDB menyoroti responden pemilih di Jakarta masih banyak yang belum menentukan pilihannya. Angkanya pun mendekati dukungan yang sudah dinyatakan untuk kedua pasangan, yaitu 25,7 persen.

Kemantapan pilihan mendukung kedua pasangan di DKI Jakarta juga saling mendekati. Pemilih Prabowo-Hatta yang menyatakan sudah mantap mencapai 16,9 persen, adapun pemilih Jokowi-Kalla mencapai 17,1 persen. Gambaran yang mirip juga terjadi pada pemilih di Surabaya dimana Prabowo Hatta mendapatkan dukungan 27,4 persen dan Jokowi-Kalla 26,5 persen.

"Mengapa elektabilitas Jokowi-JK di tiga kota ini tinggi? Karena tiga kota ini menjadi basis massa mereka. Semarang dan Balikpapan adalah basis PDI Perjuangan, sementara Kota Makassar adalah basis suara Jusuf Kalla," ujar Herta.

Begitu juga mengapa Prabowo-Hatta menang di Medan dan Bandung. "Di Bandung misalnya, wali kotanya adalah Ridwan Kamil dan gubernurnya Ahmad Heryawan, yang memang telah bergabung dengan koalisi Prabowo-Hatta," katanya.

Secara keseluruhan, perolehan dukungan untuk kedua pasangan peserta Pilpres 2014 nanti berdasarkan survei ini hanya berselisih 5,7 persen. Rinciannya, Prabowo-Hatta mendapatkan 26,5 persen dukungan dan Jokowi-Kalla 32,2 persen.

Ini hanyalah hasil sebuah survei, bisa akurat bisa tidak. Namun yang patut diingat adalah dunia politik bukanlah matematik, jadi dua kali dua belum tentu sama dengan empat, bisa saja menjadi enam bahkan hanya tiga. Para pemilihlah yang akan menentukan siapa yang layak menjadi RI-1.

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014 diikuti pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla

Pewarta: Illa Kartila

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014