Oleh Evalisa Siregar

Medan, 23/3 (Antara) - Bank Indonesia minta perbankan di Sumatera Utara tahun ini lebih selektif dalam menyalurkan kredit dengan pertumbuhan maksimal 17 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Perwakilan IX (Sumut-Aceh) Difi A Johansyah di Medan, Minggu, mengatakan, penahanan kredit dinilai perlu dilakukan mengingat pada 2014 perekonomian diprediksi belum stabil dan tahun lalu kredit sudah tumbuh cukup tinggi.

Tahun lalu kredit naik 18,56 persen menjadi Rp156 triliun.

Walau pertumbuhan kredit tahun 2013 itu sudah menurun dari 2012 yang sebesar 23,49 persen, tetapi dinilai masih cukup tinggi sehingga perlu ditahan.

Penahanan laju kredit juga mengacu pada fakta perkembangan perbankan mengikuti pertumbuhan ekonomi sehingga kalau ekonomi melambat maka bank juga harus mengimbanginya.

"BI tidak ingin penyaluran kredit justru mentimbulkan masalah baru lainnya seperti kredit macet yang bisa mengganggu kinerja perbankan dan perekoonomian secara nasional," katanya.

Tahun lalu, walau kredit cukup tinggi, kredit bermasalah (NPL) perbankan Sumut masih cukup aman atau 2,12 persen.

Namun, walau masih cukup aman, NPL itu sudah menunjukkan kenaikan dari angka 2012 yang masih 1,89 persen dan itu harus diwaspadai.

"Yang menenangkan, menurut data, dari total kredit yang disalurkan tahun lalu, terbesar masih untuk kredit modal kerja, mencapai Rp75,67 triliun," katanya.

Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sumut, Firsal Ferial Mutyara, menyebutkan, hingga Maret, pengusaha memang berhati-hati menggunakan jasa kredit perbankan.

"Pengusaha masih belum kerja 'full' karena selain bisnis masih lesu di mana harga ekspor belum stabil dan permintaan di dalam negeri juga melemah. Suku bunga kredit bank yang cukup ringgi minimal 12 persen membuat pengusaha takut mengambil kredit," katanya.

Dengan kondisi itu, maka dia memperkirakan penahanan kredit yang diharapkan BI hanya 17 persen akan terwujud. (E016)

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014