Jakarta, 29/8 (Antara) - Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur, Kamis, memutuskan terus melanjutkan intervensi ganda secara terukur melalui pasokan valas dan pembelian SBN dari pasar sekunder untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan kondisi fundamental perekonomian.

"Untuk menambah keragaman tenor dan memenuhi kebutuhan pengelolaan liquiditas valas, lelang Term Deposit (TD) valas dengan tenor overnight (o/n) sudah dimulai sejak hari ini, di samping tenor 7, 14, dan 30 hari yang selama ini telah ada," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Difi A. Johansyah saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.

Difi menuturkan, untuk mengelola permintaan valas oleh non-residen tanpa mengurangi aspek kehati-hatian, peningkatan rekening vostro yang berasal dari divestasi SBI dan SBN serta pelunasan kredit pihak terkait dikecualikan dalam perhitungan ketentuan pinjaman luar negeri jangka pendek bank sebesar maksimum 30 persen dari modal, akan segera diberlakukan.

"Penyediaan instrumen lindung nilai (hedging) kepada perbankan dan dunia usaha ditingkatkan melalui transaksi FX Swap baik secara bilateral maupun lelang reguler setiap hari Kamis," ujar Difi.

Dengan demikian, bank- bank dapat secara bebas menerus- transaksikan (pass-on) transaksi FX Swap dengan nasabahnya kepada bank lain atau ke Bank Indonesia.

Selain itu, Bank Indonesia juga akan memperpendek
jangka waktu month-holding-period kepemilikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari enam bulan menjadi satu bulan.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI kali ini mencermati tekanan pelemahan nilai tukar rupiah yang masih berlanjut, baik karena tekanan pasar keuangan global--sebagaimana terjadi pada hampir semua negara emerging markets--maupun karena faktor domestik, terutama terkait dengan tingginya defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Pada tanggal 28 Agustus 2013, rupiah ditutup pada Rp10.945 per dolar AS, atau terdepresiasi sebesar 11,9 persen secara point-to-point dari posisi akhir Desember 2012.

"Bank Indonesia menilai tingkat nilai tukar rupiah dewasa ini mencerminkan kondisi fundamental serta mendukung peningkatan ekspor dan penurunan impor dalam proses penyesuaian defisit transaksi berjalan," tuturnya.

Meski demikian, lanjut dia, ketidakpastian perkembangan rupiah masih relatif tinggi, tercermin pada tingginya volatilitas dan lebarnya kisaran perdagangan, antara lain karena reaksi pelaku pasar yang cenderung berlebihan (overshooting). (C005)

Pewarta: Citro Atmoko

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013