Jakarta, 30/4 (Antara) - Asisten Gubernur Bank Indonesia Mulya Siregar mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi akan meningkatkan risiko kredit perbankan sehingga memengaruhi pertumbuhan pinjaman dana terhadap debitur.

"Itu membuat risiko kredit meningkat, bank akan lebih berhati-hati melepas kredit," kata Mulya Siregar ketika dijumpai di Gedung BI, Jakarta, Selasa.

Mulya menjelaskan secara umum kenaikan harga BBM bersubsidi akan menambah beban biaya para debitur (peminjam kredit) bank.

Dengan bertambahnya beban biaya tersebut, menurut Mulya, kemampuan debitur dalam melunasi utang kepada bank akan semakin mengecil.

"Seumpamanya debitur itu pengusaha tempe, dengan kenaikan BBM ongkos-ongkos dia untuk beli ini itu, pergi ke mana, akan naik. Sehingga keuntungan dia jadi mengecil, dan kemampuan untuk melunasi utang menjadi lebih kecil, bank harus berhati-hati melepas kredit," kata dia.

Mulya mengatakan BI sudah membuat simulasi penurunan kredit perbankan yang disebabkan oleh kenaikan BBM.

Namun dia mengatakan bahwa pihak yang berwenang menyebutkan besaran pengaruh kebijakan BBM terhadap kredit bank yakni Departemen Kebijakan Moneter (DKM) BI.(R028)

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013