Caucasus Utara, Rusia, 29/4 (Antara/Reuters) - Ayah tersangka pembom Boston Marathon yakin dia tidak akan diizinkan bertemu anaknya Dzhokhar, yang telah ditangkap kepolisian dan tengah mengikuti proses hukum terkait tragedi pada 15 April itu --yang menewaskan tiga orang dan melukai 264.

Ketika berbicara di sebuah pekarangan rumah besar, Anzor Tsarnaev kepada Reuters, Ahad waktu setempat (Senin WIB), telah kembali ke kampung halamannya di wilayah selatan Rusia untuk menghindari sorotan terkait kasus ini, sekaligus membatalkan rencana untuk pergi ke Amerika Serikat. "Sayang sekali, saya tidak dapat membantu anak saya. Saya masih berhubungan dengan Dzhokhar dan pengacara saya. Mereka mengatakan akan memberitahu saya (mengenai apa yang harus dilakukan)," katanya di sebuah desa yang menjadi tempat relokasi baginya bersama sang istri.

Sang Ayah menyetujui wawancara ekslusif di sebuah desa di Caucasus Utara, terletak di Provinsi dengan mayoritas Muslim di selatan Rusia, namun tidak bersedia untuk disebutkan nama lokasinya.

"Saya tidak kembali ke AS. Untuk sekaranag, saya disini, saya sakit," kata Tsarnaev, dengan gelisah, di desa yang dikelilingi perbukitan, dan rerumputan luas.

Wajahnya tampak murung dan lelah, Tsarnaev mengatakan dia mengalami tekanan darah tinggi dan jantungnya lemah.

Sebelumnya, Tsaernaev pada Kamis lalu, mengatakan dirinya berencana untuk pergi ke AS untuk menjenguk Dzhokhar dan mengubur putranya Tamerlan, yang terbunuh saat penangkapan.

Dalam wawancara Ahad, dia mengatakan telah memutuskan untuk berpindah dari rumah keluarga di Dagestan ke tempat baru karena dia ingin tetap bersikap "rendah hati".

Mengenakan baju dengan celana hitam, dia bersikeras mengatakan bahwa anaknya tidak bersalah, sembari menekankan bahwa kedua anaknya tidak ada hubungan dengan ekstrimis Islam.

"Saya merasa tidak ada harapan. Kami orang-orang yang sederhana. Kami 'diserang' dari berbagai pihak," katanya dengan ekspresi keputusasaan.

Dia dan anggota keluarga lainnya meyakini bahwa pria yang ditampilkan di televisi kemudian digiring oelh polisi saat penembakan adalah Tamerlan, dan video yang tidak jelas itu masih dapat diakses di laman Youtube.

Video itu menimbulkan opini berbagai kalangan bahwa Tamerlan masih hidup. Kepolisian Boston mengatakan Tamerlan telah terbunuh dalam penangkapan itu, dan pria yang terlihat digiring adalah seorang pengamat atau saksi yang sempat ditahan.

Anzor Tsarnaev mengatakan dia sudah mengungkapkan informasi tentang pejabat AS yang mengunjunginya awal pekan ini di Dagestan.

"Saya tanya mereka, Saya melihat anak saya masih hidup, dia dibawa ke mobil polisi hidup hidup dan tampak sehat. Bagaimana media dapat mengatakan dia telah tewas ?, Mereka telah mengejutkan diri mereka sendiri," katanya.

Daerah Asal Caucasus Dalam wawancara, Anzor Tsarnaev membantah Tamerlan telah menjalin komunikasi dengan kaum militan selama, sembari melukiskan sebuah kenangan indah saat anakanya datang berkunjung.

"Ketika dia datang kesini, dia merupakan pria yang baik. Dia membaca buku Leo Tolstoy, Dumas dan buku dengan bahasa Inggris yang sulit," "Terkadang kita pergi ke mesjid. Kita pergi mengunjungi kerabat kita di Dagestan, di Checnya. Itu merupakan kondisi yang baik," ujarnya.

Tsaernaev mengatakan dia telah mendukung rencana anaknya untuk kembali ke AS guna menyelesaikan aplikasi dokumen warga AS, setelah Tamerlan gagal meyakini keluarga bahwa dia dapat tinggal di Dagestan.

"Saya katakan kepadanya, Tidak ! kamu harus pergi untuk mendapatkan dokumen kewaganegaraan AS," ujarnya.

Sang Ayah mengatakan dirinya tidak berharap bahwa jenazah Tamerlan akan dikirim oleh pasukan AS untuk dikubur di kampung halamannya.

"Mereka tidak akan berikan jenazahnya," katanya dengan penuh emosi.

"Kita tidak akan bisa untuk mengubur jenazahnya di kampung halaman," ucapnya menambahkan. (Uu.I029/

(Uu.SYS/A/I.A. Pribadi/A/Chaidar) 29-04-2013 07:08:02

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013